Friday, February 16, 2007

Memparafrasekan Puisi

DO’A SEORANG SERDADU SEBELUM PERANG


Seorang penulis berdo’a kepada Allah setelah membanyangkan perang, yang banyak ribuan orang mati yang tergeletak diatas tanah dan membanyangkan wajah Tuhan-Nya yang ada di kota yang masih dilanda peperangan itu.

Banyak anak yang menangis karena kehilangan Bapaknya dan bumi yang sangat sepi karena ditinggal penghuninya. Bukannya benih yang disebar di atas bumi yang subur tetapi ribuan bangkai yang tergeletak di atas bumi dan wajah-wajah yang mati yang terbuang dengan sia-sia.

Penulis memohon kepada Tuhan-Nya agar setelah malam tiba nanti untuk membunuh dan menusuk sang musuh yang sudah lama saling mempunyai dosa dan kesalahan dan dimalam itu seorang serdadu hanya menganggap kalau malam dan wajahnya adalah satu warna dosa dan nafasnya adalah satu udara.

Tidak ada lagi pilihan kecuali untuk menyadari semua kesalahan dan dosa-dosa biarpun bersama penyesalan yang mendalam.

Seseorang yang terjajah tidak bisa mengucapkan apa-apa yang keluar dari mulutnya. Seorang yang dijajah memohon ampunan karena dia tidak bisa memilih dan hanya bisa mengkhianati Tuhan-Nya.

Dan dia perlahan-lahan menggenggam senjatanya langsung melepasnya dan dibunuh dan ditusuknya para musuh-musuh dia.












No comments: